Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Allah telah mengajari kita bagaimana
mengatur waktu secara tepat dan bermanfaat, yakni menjadikan malam
sebagai waktu untuk beristirahat dan siang untuk mencari karunia Namun
dalam ayat lain Allah juga memerintahkan kita agar tidak menghabiskan
waktu malam tersebut hanya untuk istirahat. Allah swt telah membimbing
kita agar meluangkan waktu barang sejenak untuk bangun dari tidur lalu
mengambil air wudhu, kemudian mendirikan shalat Tahajud.
Allah swt berfirman, “Dan pada
sebagian malam hari, bershalat-tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat
yang terpuji.” (Q.S Al-Isra’ [17]:79)
Ayat di atas menegaskan bahwa tahajud merupakan nafilatan laka Nya,
yakni mereka yang menghargai keheningan malam untuk bersujud
(mendirikan Shalat Tahajud) kepada-Nya. Allah juga berjanji akan
mengangkat derajat orang-orang yang mendirikan shalat Tahajud menuju
kedudukan yang terpuji (muqaman mahmudan). Tentu tidak hanya terpuji di
dunia, tetapi juga di akhirat. Tidak hanya terpuji perilaku atau
akhlaknya, tetepi juga seluruh aspek kehidupannya, seperti karier,
ekonomi, pendidikan , Cinta, rumah tangga, serta Keberkahan Hidup.
Berbeda dengan shalat Istikharah dan
shalat Hajat yang bahan komunikasinya dengan Allah sudah definitif,
shalat Tahajud dilakukan bukan karena keinginan yang sudah terkonsep,
tetapi shalat yang fungsinya benar-benar sebagai media pendekatan diri
kepada Allah (taqqarrub ilallah). Shalat Tahajud merupakan saat
seorang hamba ingin melepas kerinduannya, kepasrahannya, dan
kemesraaannya dengan Tuhan Sang Khaliq. Shalat Tahajud Merupakan forum
“berduaan” antara dua orang kekasih, Yaitu seorang mukmin yang rindu
kepada Tuhannya yang maha pengasih.
Dalam shalat Tahajud itu seorang kekasih
bisa menangis, tertawa, mengadu, dan memadukan cintanya. Dalam sujud di
keheningan malam ini seorang mukmin bisa mengelana jauh menembus batas
ufuk dunia ke alam ruhiah yang tak terbatas, yakni apa yang disebut
sebagai mikrajnya orang mukmin.
Menyembah dan bersujud kepada Allah juga
merupakan ekspresi rasa syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang
telah diberikan- Nya. Berapa nikmat yang telah Allah berikan kepada
kita? Mampukah kita menghitungnya? Bahkan hingga dunia ini berhenti
berputar, tentu kita tidak akan pernah mampu mengkalkulasinya. Tidak
berlebihan apabila para ulama berkata, “Jika air laut dijadikan tinta
dan seluruh pepohonan yang ada di bumi ini dijadikan pena maka semuanya
tidak akan cukup untuk menuliskan nikmat Allah yang serba sempurna.”
Allah swt berfirman, “Jika kalian hendak menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan dapat menghinggakannya.” (Q.S Ibrahim [14]: 34)
Syukur, adalah kata yang sangat mudah diucapkan, tetapi amat sulit dilaksanakan. Orang Jawa mengatakan, “Wit gedhang wohe pakel, omonge gampang nglakonine sing angel.” Jika diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia, artinya ‘Sesuatu yang sangat mudah diucapkan tetapi sulit dilaksanakan’. Kita
memang menganggap tahajud itu berat. Tetapi, dengan melihat perilaku
Nabi dalam melaksanakan shalat Tahajud, setidaknya dapat menjadi pelecut
bagi kita untuk memandang tahajud sebagai suatu aktivitas yang sama
sekali tidak berat, bahkan amat ringan dan mengasyikkan. Demikian dari
saya, Insya Allah Bermanfaat buat teman-teman sekalian.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar