Di belakang kita terbentang dunia dongeng dalam kabut
peperangan, kemiskinan, derita dan ketakutan masa lalu
kita di jajah di Negri sendiri…
oleh mereka Negara antah berantah yang mengaku hebat
Oh Negriku….Malangnya nasibmu
Kini di depan kita, di hadapan kita
rakyat yang telah dinyatakan Merdeka
yang tak sempat mengangkat bambu runcing dahulu
digantung antara kaki langit bersangkur
kehilangan alamat rumah sendiri di Negri kata-kata
kehilangan suara suling, gendang dan alunan lagu
yang dulu sayup terdengar menyejukkan kalbu
berganti suara teriakan, hinaan, caci maki
bertuduh-tuduhan, disertai nyanyian bisu
koruptor menari, hukum direkayasa
yang miskin menangis, yang kaya tertawa
di depan kita beribu langit liar setengah jadi
dengan bedil menggali ufuknya
entah dimana akan membumi…
Negriku yang akan datang, luput…meleleh dan menguap
ketika buah pohon harapan dicuri dalam setengah mimpi
Pagi sekali waktu membawa berita tentang Negriku tercinta
Tukang kunci, polisi, hakim, mentri bahkan tukang sate
semua ada…
nenek dipenjara, penggusuran, bencana, pembunuhan, pemerkosaan
ah…semua ada, semua ada dalam berita
ada yang mengaku berjasa dan berkuasa
ada yang mengaku berilmu dan penting angkat bicara
ada yang menuding kawan dengan emosi
ada yang menikan diam-diam
kawanpun menyusul menjadi musuh, menjadi lawan
saling mencari kesalahan, menutup kesalahan sendiri
beradu mulut, beradu alasan
Ramai…
Ramai…
Ramai sekali…
Bak perang tempur sebelum Kemerdekaan
sebagian mereka…
ada yang merasa bersalah karena harus mencuri untuk dapat makan
ada yang terjerat pilu menyayat hati karena harus berbaur dengan sampah
demi meneruskan hidup dengan nafkah halal
ada yang meneteskan airmata karena menahan perihnya hidup
tapi ada yang sedang tertawa terbahak-bahak menikmati hidup
sembari mengatakan…
Thanks God, hidup gue Asyik
Negriku nampak pucat pasi
dan kulihat ada darah segar menetes ke dalam cangkir
dengan mata terpejam, kureguk kopiku sampai habis
aku jadi linglung, cemas, setiap melangkah terhuyung
berita masih saja dengan nuansa genderang perang
tingkah bertingkah dalam kemelut
bumi kita semakin mencemaskan
riuh silang sengketa
dusta dan airmata entah di mana beda
lalu kapankah lagi kudengar Negriku menyanyi
bukan nyanyian metal tapi nyanyian merdu
tanpa suara tertekan dan isak tangis
Oh Negriku…Malangnya nasibmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar